Saat ini, pemasaran daring, atau lebih dikenal dengan istilah digital marketing, telah menjadi bagian penting dari strategi marketing dan sales setiap brand. Hampir setiap brand kini memerlukan kehadiran dalam dunia digital, terutama di ekosistem internet.
Bahkan, keterhadiran tersebut semakin diperlukan di masa pandemi Covid-19 yang membatasi banyak pergerakan dan pertemuan fisik. Tak heran bila pertumbuhan industri yang menggunakan media atau saluran atau channel digital pun meningkat.
Melansir Kompas.com, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dirjen Ikma) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tumbuh 11% di tengah pandemi Covid-19. Suatu pertumbuhan yang luar biasa, bukan?
Lalu bagaimana dengan kehadiran brand Anda pada media digital?
Apakah Anda sudah memiliki rencana strategi digital marketing untuk meningkatkan posisi brand bisnis, produk, atau layanan Anda pada media digital? Sebelum menyusun rencana strategi digital marketing Anda, pastikan Anda memahami 5 (lima) komponen dasar dalam digital marketing.
Apa Itu Digital Marketing? Apakah Sama dengan Internet Marketing?
Sebelum membahas komponen dasar digital marketing, mari kita perhatikan terlebih dahulu pengertian digital marketing dan apa bedanya dengan internet marketing.
Kesalahpahaman masih sering terjadi dalam penggunaan istilah digital marketing, yang sering tertukar dengan istilah internet marketing atau online marketing.
Pada dasarnya, digital marketing adalah kegiatan pemasaran atau marketing untuk mempromosikan brand bisnis, produk, atau layanan/jasa Anda pada platform daring (online/internet) dan juga pada platform yang menggunakan peralatan elektronik, seperti TV, radio, billboards elektronik, dan ponsel.
Sementara itu, internet marketing atau online marketing, pada dasarnya adalah bagian dari digital marketing, yang menyertakan semua strategi marketing menggunakan platform atau media online.
Untuk memudahkan, mari kita lihat perbedaan saluran (channel) yang digunakan untuk keperluan digital marketing dan internet marketing pada tabel berikut:
Ingin meningkatkan kehadiran brand Anda di media sosial namun kesulitan mengelola beragam platform tersebut?
Kini hadir aplikasi Sociosight untuk menghemat waktu Anda mempublikasikan dan menjadwalkan postingan di beragam platform media sosial, semua dari satu tempat.
Gabung sekarang menjadi bagian dari pengguna beta untuk mendapatkan semua fitur secara gratis! Kesempatan Terbatas!
Daftar Gratis Sekarang
Internet Marketing | Internet Marketing | Offline Marketing |
Website Marketing | Affiliate Marketing | TV Marketing |
Search Engine Optimization (SEO) | Mobile Marketing | SMS Marketing |
Pay-Per-Click Advertising (PPC) | Content Marketing | Radio Marketing |
Email Marketing | Display Advertising | Electronic Billboard Marketing |
Social Media Marketing | Native Adverting |
Karena penyusun terbesar digital marketing adalah saluran (channel) yang menggunakan media online, sebagian besar digital marketer mengasosiasikan digital marketing sama dengan internet marketing.
Lalu apa saja komponen dasar dalam digital marketing? Berikut pembahasannya!
Table of Contents
Komponen Digital Marketing #1: Pesan
Digital marketing, baik online maupun offline, pada dasarnya berkaitan dengan cara Anda menyampaikan pesan yang strategis kepada orang yang tepat, melalui konten yang relevan, pada waktu yang tepat, dan melalui saluran yang tepat.
Bila demikian, pesan seperti apa yang akan Anda sampaikan?
Untuk menentukan pesan seperti apa yang akan Anda sampaikan, Anda perlu mengetahui unique value proposition (UVP) yang brand, produk, atau jasa Anda tawarkan.
UPV adalah nilai manfaat yang ditawarkan jika target audiens membeli produk atau layanan/jasa dari Anda. Dengan kata lain, sebuah pernyataan Anda yang menjelaskan mengapa target audiens perlu membeli produk atau jasa Anda.
Ketika target audiens tersebut menyadari dan termotivasi untuk menikmati value proposition yang brand Anda tawarkan, di situlah peluang terjadinya konversi, mereka berubah dari target audiens menjadi prospek, dan kemudian menjadi pelangan.
Pernyataan UPV tersebut ada di pusat dan menjadi fondasi saat Anda membangun strategi marketing di sekitarnya.
UPV bukanlah sebuah slogan, melainkan sebuah pernyataan singkat, jelas, dan mudah dipahami dalam waktu sekitar lima detik.
Sebagai contoh, aplikasi ride-sharing, UBER, memiliki value proposition:
“UBER, cara cermat bepergian ke mana saja karena:
- satu kali tap saja, mobil pun akan mendatangi Anda,
- pengemudi tahu dengan pasti ke mana akan mengantar Anda, dan
- pembayaran tanpa uang tunai.”
Anda mungkin tergoda untuk mendaftarkan semua unsur atau fitur yang membedakan solusi Anda dengan yang ada di pasar. Sayangnya, pendekatan seperti ini perlu Anda pertimbangkan kembali.
Apa yang perlu Anda lakukan adalah menjual pengalaman yang target audiens akan peroleh ketika berinteraksi dengan brand, produk/jasa Anda. Pengalaman tersebut menjadi solusi yang Anda tawarkan mengatasi masalah mereka di tengah persaingan pasar yang kompetitif. Jadi bukan menjual fitur!
Unique value proposition UBER menunjukkan bagaimana pelanggan akan mendapatkan pengalaman yang sebelumnya tidak pernah didapatkan tatkala menggunakan transportasi taksi dengan sistem tradisional.
Pun demikian dengan unique value proposition Slack, sebuah aplikasi chat untuk tim kerja. Brand ini hadir di pasar saat pelanggan tidak sadar mereka membutuhkan aplikasi ini.
Karena itu, yang menjadi fokus pesan Slack bukanlah fitur aplikasi, seperti sistem chat untuk tim yang mudah digunakan, memiliki layanan pelanggan terbaik, atau kualitas aplikasi terbaik. Melainkan, tentang tercapainya penghematan hingga 75% kebutuhan komunikasi tim via email, bila pelanggan mereka menggunakan aplikasi Slack.
Sekali lagi, yang Anda tawarkan adalah manfaat dari produk/jasa Anda dan apa yang membedakannya dengan manfaat yang ditawarkan di pasar.
Komponen Digital Marketing #2: Audiens
Setelah Anda mampu menjabarkan apa saja value proposition brand, produk, atau jasa yang Anda tawarkan, selanjutnya adalah menentukan bagaimana Anda akan mengomunikasikan value proposition tersebut kepada target audiens Anda.
Target audiens Anda bisa jadi beragam dan juga mungkin berada pada marketing funnel atau buyer journey yang berbeda. Perbedaan tersebut akan menentukan pendekatan seperti apa yang perlu Anda lakukan untuk mengomunikasikan value proposition Anda atau pengalaman seperti apa yang target audiens Anda akan dapatkan ketika menggunakan produk atau jasa Anda.
Oleh karena itu, Anda perlu mengelompokkan target audiens tersebut terlebih dahulu berdasarkan keserupaan karakteristik yang dimiliki. Salah satu caranya, menggunakan model STP Marketing, akronim untuk Segmentation, Targeting, dan Positioning.
Model STP Marketing akan membantu Anda menentukan target market yang lebih luas dan kemudian mengelompokkannya menjadi kelompok-kelompok audiens yang lebih kecil yang memiliki keserupaan karakteristik, disebut dengan target audiens.
Pengelompokkan target audiens tersebut dapat Anda lakukan berdasarkan kesamaan karakteristik geografi, demografi, prilaku, dan psikografis.
Dengan mengelompokkan target audiens tersebut, Anda dapat menghemat bujet marketing. Anda pun dapat membuat konten untuk menyampaikan pesan sesuai dengan gambaran target audiens Anda.
Sebagai contoh, bisa jadi tujuan mengonsumsi camilan kacang-kacangan premium bagi salah satu kelompok target audiens Anda adalah membantu mereka menurunkan berat badan. Di sini, fokus value proposition yang Anda tonjolkan, yaitu menurunkan berat badan.
Sementara itu, bagi kelompok target audiens Anda lainnya, kacang-kacangan menjadi makanan pokok sumber protein karena mereka menjalankan gaya hidup vegetarian. Fokus value proposition untuk kelompok ini, yaitu makanan pokok sumber protein.
Dan, untuk memudahkan membuat pesan yang relevan dengan setiap kelompok target audiens tersebut, Anda dapat membuat buyer persona mereka. Buyer persona adalah karakter fiksi yang menggambarkan kelompok target audiens Anda.
Misalnya, daripada menyampaikan pesan kepada target audiens A1, target audiens A2, bukankah lebih personal dan terasa nyata bila Anda membuat kampanye untuk menyampaikan pesan kepada, Shanty, seorang vegan? Shanty, persona yang mewakili target audiens Anda, yang adalah kelompok orang-orang yang memiliki pola makan vegetarian.
Dengan mengetahui karakteristik setiap kelompok target audiens, Anda pun dapat menyesuaikan cara mengomunikasikan value proposition dari brand, produk, atau jasa yang Anda tawarkan.
Komponen Digital Marketing #3: Media atau Channel Untuk Menyampaikan Pesan
Untuk menyampaikan pesan yang relevan kepada target audiens melalui strategi digital marketing, Anda akan memerlukan media atau saluran (channel) pengirim pesan tersebut.
Terdapat 3 (tiga) jenis media atau digital marketing channel, yaitu paid media (media berbayar), owned media (media yang dimiliki), dan earned media (media yang diperoleh).
Paid media adalah semua media atau channel yang Anda bayar untuk menyampaikan pesan kepada target audiens Anda. Misalnya, iklan pay-per-click (PPC), native ads, display ads, influencer marketing, affiliate marketing, SMS marketing, iklan pada papan reklame elektronik, iklan TV, iklan radio, dan iklan pada platform media sosial.
Sementara itu, owned media adalah saluran yang dapat Anda kontrol secara langsung, seperti situs web Anda, daftar pelanggan yang Anda gunakan untuk mengirimkan email, blog yang Anda host, dan akun media sosial brand Anda.
Di sisi lain, earned media, adalah media yang dimiliki oleh pihak ketika yang menerbitkan postingan untuk mendukung brand Anda secara organik (natural). Anda tidak membayar untuk penempatan iklan pada media tersebut. Misalnya, postingan yang dipublikasikan oleh followers Anda di profil akun media sosial mereka, yang topiknya terkait dengan brand Anda. Contoh lainnya, artikel tentang brand Anda yang diterbitkan di blog-blog pihak ketiga, misalnya blog para blogger.
Ketiga jenis media tersebut bisa saja saling tumpang tindih dalam implementasinya.
Sebagai contoh, media sosial dapat disebut sebagai paid media apabila Anda beriklan mempromosikan postingan Anda pada media tersebut. Media sosial disebut sebagai owned media apabila Anda menerbitkan postingan Anda pada akun profil bisnis Anda di media tersebut. Dan, disebut sebagai earned media apabila Anda menerima interaksi dan sebutan (mention) dari pengguna media sosial lainnya.
Ketiga jenis media tersebut membangun dasar strategi digital marketing, baik pada saluran offline maupun online. Hanya saja, saat menerapkannya untuk keperluan online atau internet marketing, Anda memiliki keuntungan tersendiri dalam mengimplementasikan strategi digital marketing pada ketiga media tersebut. Keuntungan tersebut berkaitan dengan personalisasi penyampaian pesan.
Ketika menghasilkan konten dan mendistribusikannya pada ketiga jenis media online, Anda juga akan memperoleh wawasan tentang audiens Anda. Misalnya, gambaran demografi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, dsb) audiens yang menerima pesan melalui konten yang Anda hasilkan, gambaran geografis terkait lokasi audiens, dan bahkan gambaran perilaku audiens saat berinteraksi dengan konten Anda.
Wawasan tersebut dapat Anda gunakan untuk menyesuaikan cara penyampaian pesan dengan menghasilkan konten yang relevan dengan gambaran data audiens Anda. Karena itu, sangatlah penting memperlakukan setiap media digital marketing, khususnya yang digunakan pada platform online dengan cara berpikir (mindset) yang berfokus pada personalisasi penyampaian pesan.
Sebagai contoh, Anda menjual sofa.
Jika beriklan pada media digital offline, Anda mungkin akan menampilkan iklan tersebut pada papan reklame elektronik yang disaksikan oleh beragam jenis pengendara motor yang berlalu-lalang di jalan raya. Beberapa dari mereka mungkin membaca atau menyaksikan iklan tersebut, beberapa yang lain tidak. Yang menyaksikan pun belum tentu tertarik.
Berbeda halnya, jika Anda beriklan melalui media online. Sebut saja beriklan di media sosial. Anda dapat mengatur untuk memunculkan iklan pada audiens yang memang memiliki ketertarikan terhadap sofa atau setidaknya perlengkapan rumah tangga. Bahkan, Anda dapat mengatur untuk memunculkan iklan hanya pada mereka yang berada di lokasi tertentu, mereka yang memiliki penghasilan atau profesi tertentu, atau mereka yang telah mengunjungi website bisnis Anda.
Komponen Digital Marketing #4: Strategi Menyampaikan Pesan
Pesan disampaikan dalam bentuk konten yang relevan dengan kebutuhan dan kepribadian target audiens.
Konten tersebut dapat berupa tulisan, gambar, video animasi, video live action, atau suara. Berbagai jenis konten inilah yang menjadi penghubung antara brand dan target audiens.
Untuk menyampaikan pesan melalui konten tersebut, Anda dapat menggunakan strategi outbound digital marketing atau inbound digital marketing.
Apakah Outbound Marketing?
Outbound digital marketing atau outbound marketing, dikenal juga dengan istilah push marketing atau marketing “interupsi”, adalah penggunaan strategi marketing untuk membuat brand Anda (atau pesannya) hadir di hadapan sebanyak mungkin audiens – meskipun mereka tidak mencarinya.
Para pemasar (marketer) yang menggunakan strategi ini mengharapkan bahwa sebagian tertentu dari audiens luas yang menerima pesan akan memiliki ketertarikan terhadap pesan yang disampaikan, yang kemudian mendorong mereka memulai perjalanan menjadi pelanggan potensial.
Apakah Inbound Marketing?
Istilah inbound digital marketing atau inbound marketing sendiri diperkenalkan pertama kali di tahun 2006 oleh HubSpot.
Inbound marketing atau pull marketing, adalah strategi marketing untuk menarik target audiens menemukan brand Anda, melalui pembuatan konten yang relevan dengan kebutuhan mereka. Mereka mencari informasi, kemudian menemukan konten relevan, yang membawa mereka berkomunikasi dengan brand Anda.
Apa Saja Perbedaan Outbound dan Inbound Marketing?
Untuk menentukan strategi penyampaian pesan mana yang relevan dengan bisnis Anda, mari kita bahas perbedaan mendasar antara outbound dan inbound marketing.
Berikut 5 (lima) perbedaannya:
Siapa yang Memulai Kontak Pertama?
Strategi outbound digital marketing berfokus pada upaya Anda mencari audiens dan menawarkan mereka suatu produk/jasa melalui media digital. Karena itu, biasanya penargetan audiens akan bersifat lebih umum, misalnya minat umum. Dan, belum tentu audiens benar-benar mencari dan membutuhkan brand Anda.
Di sisi lain, inbound digital marketing berfokus pada upaya Anda menghasilkan konten yang membuat audiens mencari Anda melalui media digital. Caranya, dengan membuat konten yang menargetkan informasi yang dibutuhkan oleh target audiens Anda.
Saat mengetikkan kata kunci (kueri) di mesin pencari atau dengan menggunakan #hashtag di media sosial, target audiens Anda mencari informasi untuk membantu masalah mereka. Ketika konten yang Anda buat memenuhi kriteria pencarian, mereka pun mulai mendatangi Anda dan membuka komunikasi.
Saat target audiens berinisiatif menghubungi Anda, mereka memiliki peluang lebih besar untuk berubah menjadi pelanggan Anda.
Bagaimana Bentuk Komunikasi ke Target Audiens?
Outbound digital marketing menekankan komunikasi yang bersifat satu arah, yaitu berfokus menawarkan produk/jasa kepada audiens. Strategi marketing dilakukan untuk menginterupsi aktivitas audiens guna mendapat perhatian mereka. Sebagai contoh, iklan di media TV yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah suatu acara yang sedang Anda simak.
Berbeda halnya dengan inbound digital marketing. Anda mendapatkan perhatian target audiens tanpa menginterupsi aktivitas yang sedang dilakukannya. Strategi ini menekankan komunikasi interaktif karena target audienslah yang justru memulai komunikasi dengan Anda.
Bagaimana Karakteristik Konten yang Dihasilkan?
Outbound digital marketing lebih berfokus pada konten dengan tujuan mempromosikan produk/jasa yang ditawarkan.
Beberapa contoh digital marketing channel yang sering digunakan untuk keperluan outbound marketing, diantaranya:
- iklan di TV, radio atau baliho,
- sebagian besar iklan pada media sosial,
- iklan banner & display,
- iklan Pop-Ups & Pop-Unders,
- telemarketing,
- komentar spam pada blog, forum, atau akun media sosial audiens,
- halaman promosi produk/jasa, dan
Berbeda halnya dengan inbound digital marketing yang lebih berfokus menyajikan konten edukatif, yang dibuat sedemikian supaya relevan dengan kebutuhan informasi yang dicari oleh target audiens.
Kegiatan promosi produk/jasa dilakukan sedemikian sehingga terlihat menyatu dalam konten edukatif tersebut. Target audiens pun akan melihatnya bukan sebagai suatu kegiatan promosi, melainkan upaya memberi solusi atas masalah yang mereka hadapi.
Beberapa contoh saluran marketing yang sering digunakan untuk keperluan inbound digital marketing, diantaranya:
- search engine marketing (SEM), baik dalam bentuk search engine optimization (SEO) maupun pay-per-click advertising (PPC),
- personalisasi email marketing, termasuk menyertakan opt-in,
- e-book, infografik, video berupa storytelling, email newsletter,
- membangun komunitas edukatif, misalnya melalui FB group,
- penjangkauan influencer,
- Iklan di medis sosial yang berbentuk native-ads, iklan yang format kontennya menyesuaikan dengan tampilan format konten organik,
- marketing organik pada media sosial,
- viral & affiliate marketing, dan
- content marketing.
Kapan Bisa Melihat Hasil dari Inverstasi (Return of Investment/ROI)?
Karena outbound digital marketing berfokus pada promosi langsung yang umumnya menggunakan strategi beriklan berbentuk interupsi, banyak bisnis menggunakan strategi ini untuk keperluan marketing jangka pendek.
Pertimbangannya, jika kampanye marketing berupa iklan berbayar dijalankan dengan strategi yang tepat, iklan muncul pada waktu dan tempat yang tepat, maka iklan tersebut bisa menjangkau pelanggan potensial secara instan.
Karena keberlangsungan iklan sangatlah bergantung pada bujet, strategi outbound digital marketing lebih relevan untuk keperluan marketing jangka pendek. Saat bujet iklan masih ada, Anda masih bisa menjangkau audiens dan mendatangkan trafik ke halaman penjualan produk/jasa Anda. Namun, jika bujet iklan berhenti, trafik pun akan berhenti.
Sementara itu, karena strategi inbound digital marketing dapat digunakan untuk pembuatan konten yang menjangkau audiens, baik secara organik maupun iklan, strategi ini dapat digunakan untuk kebutuhan jangka pendek dan panjang.
Yang Mana Lebih Tepat Digunakan: Outbound atau Inbound Marketing?
Pada dasarnya, saat menyusun strategi digital marketing, memadukan kedua strategi penyampaian pesan, outbound dan inbound digital marketing sangatlah dibutuhkan. Bagaimana pun, frekuensi kehadian brand Anda pada ragam saluran digital marketing akan mendukung peningkatan kesadaran target audiens terhadap brand Anda (brand awareness).
Memadukan kedua strategi penyampaian pesan tersebut, dikenal pula dengan istilah omnichannel atau cross-channel digital marketing.
Neilpatel, seorang pakar digital marketing, menyebutkan bahwa kesuksesan atau kegagalan implementasi menyampaikan pesan dengan strategi inbound atau outbound marketing bergantung pada kemampuan Anda menghasilkan konten yang relevan sesuai kebutuhan target audiens. Menurutnya, saat membuat konten yang relevan dengan kebutuhan audiens, mereka akan menyukainya – terlepas cara menyampaikan konten tersebut dengan cara Anda mencari audiens (outbound) atau audiens yang mencari Anda (inbound).
Gambar berikut memberikan contoh aktivitas digital marketing yang menerapkan kombinasi strategi inbound dan outbound marketing = omnichannel marketing.
Enam Tips Menyampaikan Pesan
Salah satu atribut utama dalam menyampaikan pesan, baik dengan cara outbound marketing maupun inbound marketing adalah konsistensi. Untuk memulainya, Anda dapat mengevaluasi cara penyampaian pesan yang Anda lakukan saat ini.
Apakah organisasi Anda sudah konsisten menyampaikan pesan terkait produk atau jasa yang Anda tawarkan, dibandingkan dengan bagaimana pelanggan Anda saat ini membicarakan produk atau jasa tersebut.
Jika Anda memiliki tim, berdikusi dengan anggota tim untuk mengevaluasi kekonsistenan penyampaian pesan Anda menjadi salah satu strategi awal yang dapat Anda lakukan. Selain itu, Anda juga dapat bertanya kepada mereka yang cukup akrab dengan brand Anda, atau mungkin bisa bertanya kepada beberapa pelanggan Anda.
Beberapa contoh pertanyaan berikut dapat Anda ajukan untuk proses evaluasi, diantaranya:
- Apa yang kita/kami lakukan?
- Masalah apa yang sedang kita/kami coba selesaikan?
- Bagaimana kita/kami berbeda dengan pesaing?
- Mengapa pelanggan perlu membeli dari kita atau mengapa Anda (sebagai pelanggan) membeli dari kami?
Enam tips berikut membantu Anda menyusun konten yang relevan untuk menyampaikan pesan Anda:
- Sampaikan pesan dalam bentuk bercerita (storytelling). Model storytelling terbukti lebih mudah menarik perhatian orang, dan memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu. Dan untuk menyakinkan mereka, pastikan juga brand, produk, atau jasa Anda dapat dipercaya, serta memiliki rasa empati.
- Tunjukkan emosi dalam pesan. Banyak riset mengonfirmasi bahwa orang-orang lebih cepat membeli berdasarkan emosi, dan kemudian baru membenarkannya menggunakan fakta. Jadi, ingatlah untuk berfokus pada manfaat yang menginspirasi, yang akan target audiens dapatkan bila berinteraksi dengan brand Anda.
- Konsisten! Pesan yang konsisten lebih mudah diingat. Buat pesan yang singkat dan ulang berkali-kali.
- Sampaikan pesan dengan bahasa yang mudah dipahami. Lebih baik menggunakan bahasa percakapan sehari-hari daripada bahasa dengan kosakata yang rumit. Jelaskan arti dari kosakata yang kurang jelas atau jarang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari.
- Cantumkan unique value proposition (UVP) Anda. UVP adalah nilai manfaat yang ditawarkan jika pelanggan membeli produk atau laynan/jasa dari Anda. Gunakan nada (tone) dan tema (theme) yang sama di semua saluran digital marketing.
- Jangan biarkan audiens Anda tersandung asumsi mereka sendiri. Sebagai contoh, banyak orang meyakini bahwa produk pembersih rumah tangga yang ramah lingkungan tidak sebagus produk sintetis di pasaran. Bisa jadi teori tersebut tidaklah tepat, namun telah dipercayai secara luas. Karena itu, Anda perlu perlu menyampaikan pesan yang menekankan kekuatan produk ramah lingkungan yang Anda tawarkan, yang tidak kalah dengan produk sintestis. Selaras dengan contoh tersebut, tidak peduli produk atau jasa apa yang Anda tawarkan, audiens akan memiliki asumsi sendiri di benak mereka jika Anda tidak mampu memenuhi celah keraguan tersebut. Sangatlah penting menyampaikan pesan untuk memberikan gambaran yang lengkap. Pahami audiens Anda, ceritakan kisah yang hebat, dan jadilah otentik.
Komponen Digital Marketing #5: Analisis Data Melihat Tercapai/Tidaknya Tujuan Pesan
Tantangan terbesar dalam digital marketing adalah memotivasi target audiens untuk membeli produk atau jasa yang Anda tawarkan. Misalnya, Anda ingin menjual camilan kacang-kacangan premium. Anda perlu menyampaikan pesan yang bisa memotivasi audiens, misalnya menyampaikan bahwa hidup mereka belum lengkap bila belum mengonsumsi camilan tersebut.
Untuk bisa menyampaikan pesan yang tepat dengan kondisi audiens, Anda perlu mengetahui mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Misalnya, mengapa mereka perlu membeli camilan kacang-kacangan tersebut? Bayangkan, bila Anda hanya menebak-nebak jawaban atas pertanyaan ini, mungkin pesan yang akan Anda sampaikan tidak akan relevan. Atau, justru pesan tersebut salah sasaran. Misalnya, Anda mengirim pesan ke audiens yang sebenarnya alergi terhadap kacang-kacangan.
Namun, jika Anda tahu bahwa target audiens baru saja menyelesaikan pencarian di Google untuk kueri atau kata kunci “camilan kacang-kacangan paling enak untuk dibeli”, Anda pun dapat memperkirakan bahwa mereka memiliki minat terhadap produk ini. Anda pun dapat menyiapkan kampanye marketing yang relevan dengan informasi ini.
Karena itu, saat menyusun rencana strategi digital marketing, sangatlah penting untuk terus menayakan pertanyaan tentang informasi apa yang Anda butuhkan dari target audiens. Informasi seperti apa yang Anda butuhkan untuk menghasilkan pesan yang dapat mendorong audiens Anda melakukan tindakan terkait produk atau jasa yang Anda tawarkan.
Setelah Anda mengetahui informasi apa yang Anda butuhkan, pertanyaan selanjutnya, bagaimana Anda mendapatkan informasi tersebut? Di sini, Anda perlu memilih salah satu atau lebih digital marketing channel, yaitu saluran atau aplikasi yang Anda gunakan untuk mengirimkan pesan secara digital hingga bisa diterima oleh target audiens Anda. Misalnya, Anda memilih media sosial sebagai saluran utama menyampaikan pesan karena target audiens Anda sebagian besar menggunakan channel tersebut untuk berinteraksi sosial.
Untuk mendapatkan data-data tentang informasi apa yang target audiens Anda butuhkan, saluran mana yang mereka gunakan untuk berinteraksi dengan brand Anda, dan data-data lainnya, Anda memerlukan strategi untuk mendapatkan data dan menganalisisnya. Hal ini sangatlah penting untuk membantu Anda terus menghasilkan konten yang bisa menawarkan solusi atas masalah yang dihadapi oleh target audiens Anda.
Cookies dan Tracking Pixels
Terkait cara memperoleh data, sebagian besar data digital marketing, secara khusus yang berkaitan dengan online marketing, diperoleh melalui penggunaaan cookies dan tracking pixels.
Cookies adalah sebuah file kecil yang sebuah website simpan di komputer pengunjung website tersebut. File tersebut memuat halaman-halaman website Anda yang pengunjung kunjungi disertai dengan pengidentifikasi unik, dinyatakan dalam bentuk sebuah ID.
Di sisi lain, situs website Anda sendiri juga akan menyimpan filenya sendiri dan kemudian mencocokkan cookie pengunjung dengan catatan yang dikumpulkan di web server. Catatan ini berguna untuk mengetahui banyak hal. Misalnya, apakah pengunjung kembali untuk kedua kalinya? Apakah pengunjung sudah memasukkan produk ke keranjang belanja namun tidak melanjutkan ke proses checkout?
Saat pengunjung website Anda tersebut terus menelusuri mesin pencari, misalnya Google, untuk mendapatkan informasi yang serupa dengan yang mereka cari di website Anda, cookies di komputer mereka pun akan melihat daftar website yang pengunjung tersebut kunjungi.
Informasi tersebut dapat digunakan oleh penerbit iklan, misalnya Google Ads, untuk memunculkan iklan yang sesuai dengan ketertarikan mereka.
Karena itu, Anda dapat memanfaatkannya, misalnya menggunakan Google Ads untuk membeli penempatan iklan yang menargetkan mereka yang menyukai, misalnya, camilan kacang-kacangan.
Selain cookies, terdapat pula tracking pixels, yang menyimpan informasi di web server website yang dikunjungi pengunjung. Tracking pixels tersebut biasanya digunakan untuk melihat jika pengunjung melakukan konversi setelah mengunjungi halaman iklan tertentu.
Tracking pixels bekerja dengan cara web server menyimpan file gambar kecil, sebut saja pixel.gif. Setiap kali server meminta file tersebut, server akan mencatat permintaan tersebut. Alih-alih hanya meminta pixel.gif, server akan menambahkan parameter ke permintaan tersebut, misalnya pixel.gif?ID=123.
Kini, server akan terus menyimpan log permintaan unik tersebut dan dapat menggunakan variable-variabel tersebut untuk kemudian mencocokkannya dengan peristiwa iklan tertentu, misalnya peristiwa checkout pengunjung yang masuk ke suatu website melalui iklan di Facebook.
Karena itu, digital marketing, khususnya bagian online marketing memiliki ketergantungan yang luar biasa pada cookie dan pixel. Melalui kedua komponen ini, Anda mendapatkan visibilitas tentang apa yang sedang dilakukan oleh target audiens saat berinteraksi dengan kampanye marketing Anda.
Tak heran, bila Anda akan menemukan tag pelacakan pixel di hampir semua digital marketing channel pilihan Anda. Pastikan Anda mengatur pelacakan konversi pada setiap aplikasi pelacakan yang Anda gunakan.
Mendapatkan data saja, tidaklah cukup. Anda perlu memiliki keinginan untuk mempelajari data di setiap titik funnel perjalanan target audiens atau buyer journey, dari seorang pengunjung website, menjadi prospek, hingga akhirnya mereka menjadi pelanggan.
Menganalisis data tersebut bukan sekadar untuk mengetahui berapa banyak likes yang mungkin Anda dapatkan untuk sebuah postingan media sosial. Atau, berapa banyak kunjungan ke website Anda. Tetapi lebih untuk menjawab, mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Misalnya, mengapa mereka memberikan likes ke postingan Anda di media sosial? Atau, mengapa mereka mengunjungi website Anda?
Mulai tanamkan pola pikir (mindset) untuk sukses melakukan strategi digital marketing, Anda membutuhkan data dan kemampuan menganalisisnya. Lakukan latihan membaca dan menganalisis data setiap hari. Anda bisa mulai dari melihat data media sosial Anda menggunakan perangkat analisis yang ada di setiap aplikasi media sosial. Anda juga dapat melihat gambaran trafik website menggunakan Google Analytics atau perangkat analisis lainnya.