Apakah Anda masih mengalami kesulitan mendapatkan calon pelanggan potensial atau prospek meskipun telah melakukan beragam kampanye digital marketing? Mungkin masalahnya bukan di kampanye tersebut, melainkan pada proses penentuan target audiens dan buyer persona.
Target audiens dan buyer persona menggambarkan target pelanggan ideal Anda. Sepintas, kedua istilah ini terlihat sama sehingga sering digunakan secara bergantian. Padahal, ada perbedaan fungsi diantara keduanya, dan bila digunakan bersama akan memberikan pemahaman target pelanggan ideal yang lebih komprehensif.
Target Audiens VS Buyer Persona, Apa Perbedaannya?
Untuk memudahkan, mari menganologikannya dengan klub olahraga, misalnya sepakbola. Bila tim pemain bola di salah satu klub sepakbola Eropa adalah target audiens Anda, maka Cristiano Ronaldo bisa menjadi salah satu contoh buyer persona Anda.
Yang membedakan adalah kekhususannya. Ketika Anda melihat tim sepakbola, para pemainnya mungkin memiliki kesamaan minat dan berada dalam rentang usia yang sama. Namun, ketika melihat salah satu pemainnya, misalnya Cristiano Ronaldo, Anda akan menemukan pemain tersebut mungkin memiliki latar belakang keluarga, motivasi bermain, dan kepribadian yang berbeda dengan anggota lainnya, meskipun dalam tim yang sama.
Karena itu, bila target audiens memberikan gambaran umum suatu kelompok yang bisa menjadi target pelanggan Anda, buyer persona (disebut juga dengan istilah customer persona atau target persona) adalah gambaran fisksi yang lebih rinci tentang individu dalam target audiens tersebut.
Bagaimana Menentukan Target Audiens dan Buyer Persona Menggunakan Model STP Marketing?
Lalu bagaimana cara menentukan target audiens dan buyer persona supaya membantu Anda menyusun rencana kampanye marketing yang lebih efektif?
Anda dapat melakukannya dengan proses segmentasi pelanggan atau customer segmentation menggunakan model STP Marketing.
Model STP Marketing, akronim untuk Segmentation, Targeting, dan Positioning (STP), suatu pendekatan untuk membantu Anda secara efektif berkomunikasi dengan kelompok atau segmen yang paling bernilai dari target audiens Anda.
Dengan menggunakan model STP Marketing, Anda akan mampu membuat kelompok atau segmen target audiens yang presisi dengan menciptakan ragam buyer persona. Dengan mengetahui keunikan setiap persona, Anda pun dapat membuat konten komunikasi yang lebih personal.
Personalisasi konten akan membantu:
Ingin meningkatkan kehadiran brand Anda di media sosial namun kesulitan mengelola beragam platform tersebut?
Kini hadir aplikasi Sociosight untuk menghemat waktu Anda mempublikasikan dan menjadwalkan postingan di beragam platform media sosial, semua dari satu tempat.
Gabung sekarang menjadi bagian dari pengguna beta untuk mendapatkan semua fitur secara gratis! Kesempatan Terbatas!
Daftar Gratis Sekarang - Penyampaian pesan brand menjadi lebih personal dan empatik sesuai dengan karakteristik setiap persona.
- Strategi marketing Anda pun akan dibuat sedemikian rupa untuk menjawab kebutuhan setiap persona. Anda pun tidak akan membuang waktu melakukan strategi marketing pada saluran (channel) yang diabaikan oleh target audiens Anda.
- Riset pasar dan inovasi produk Anda pun menjadi lebih efektif karena Anda tahu kepada siapa Anda perlu mencari umpan baik, bahkan dalam fase pengembangan sekalipun.
Berikut ini tahapan dalam menentukan target audiens dan buyer persona menggunakan model STP Marketing:
Table of Contents
Pertama – Market Segmentation (Segmentasi Pasar)
Segmentasi pasar adalah proses mengelompokkan audiens berdasarkan kesamaan karakteristik yang mereka miliki. Proses segmentasi pasar dapat Anda lakukan dengan menerapkan tiga tahapan sebagai berikut:
#1 – Definisikan Pasar (Market) Sasaran Anda.
Market yang seperti apa yang akan menjadi sasaran Anda? Apakah pasar lokal di daerah Anda, nasional se-Indonesia, regional se-Asia Tenggara, atau justru pasar global?
Perlu berhati-hati dalam menentukannya!
Market yang terlalu kecil, berdampak pada potensi jumlah pelanggan yang sedikit. Bila strategi pengembangan dan penentuan harga produk/layanan (pricing) Anda tidak tepat untuk ukuran market seperti ini, bisnis Anda berpotensi gulung tikar dalam waktu dekat!
Pun demikian, bila market sasaran Anda terlalu besar, sementara sumber daya Anda terbatas di tengah persaingan bisnis yang ketat, bisnia Anda pun bisa dengan mudahnya terpental dari arena pertandingan.
Umumnya, untuk menentukan peluang bisnis, Anda perlu mendefinisikan Total Available Market (TAM), Serviceable Available Market (SAM), dan Serviceable Obtainable Market (SOM)
TAM – Total Addressable Market/Total Available Market
Banyak pengusaha lebih sering mengenal TAM dengan istilah ukuran pasar atau market size.
Menurut corporatefinanceinstitute.com, TAM merupakan istilah untuk menggambarkan total potensi permintaan suatu produk atau layanan, dihitung dalam keseluruhan potensi pendapatan dalam suatu periode tertentu (misalnya dalam waktu 5 tahun Business Plan), jika 100% pangsa pasar atau market share tercapai.
Dengan kata lain, TAM menggambarkan total pendapatan yang secara teoritis dapat dihasilkan suatu bisnis di dalam industri yang menjadi target pasarnya, jika memiliki monopoli menyeluruh dengan produk atau layanannya.
TAM dapat mengacu pada total potensi global (bahkan jika perusahaan tertentu tidak dapat menjangkau sebagian darinya), atau potensi pada cakupan wilayah geografis tertentu, misalnya pangsa pasar Indonesia.
Saat menentukan TAM, abaikan faktor-faktor yang dapat mencegah bisnis Anda mencapai posisi monopoli. Secara khusus abaikan tantangan, seperti persaingan, produksi dan batas kapasitas logistik, hambatan bahasa, jarak geografis, saluran marketing dan distribusi, dll.
Perhitungan TAM sangat diperlukan, untuk membantu Anda dan/atau investor yang akan membiayai bisnis Anda, melihat seberapa jauh perusahaan dapat tumbuh ke semua segmen pasar melalui penambahan portofolio produk atau layanan dan model bisnis yang tepat.
Kecuali Anda memiliki sumber keuangan tak terbatas, menjangkau 100% TAM hampir tidak mungkin. Karena itulah, SAM- Serviceable Available Market, hadir.
SAM – Serviceable Available Market
Jika TAM menggambarkan potensi pasar seluas mungkin atas suatu produk atau layanan, SAM hadir untuk menjawab pertanyaan tentang bagian atau segmen TAM yang sesuai untuk dijangkau oleh produk atau layanan yang Anda tawarkan menggunakan model bisnis saat ini.
Banyak pengusaha mengenal SAM dengan istilah peluang atau potensi pasar atau potential market.
Karena itu, saat para pengusaha mengatakan tentang potential market, mereka bukan sedang membicarakan TAM, melainkan SAM. Potential market inilah yang benar-benar bisa menjadi fokus dalam periode tertentu (misalnya 5 tahun Business Plan) untuk suatu bisnis bisa melakukan penetrasi pasar dan mengambil market share dari para pesaing yang sudah ada di pasar tersebut.
SAM ditentukan dengan menghilangkan segmen pasar dari TAM yang tidak dapat dilayani oleh portofolio produk atau layanan dan model bisnis Anda saat ini.
Saat menentukan seberapa besar potensi pendapatan segmen pasar dalam SAM, perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kompetisi, geografi, budaya, peraturan pemerintah, keterbatasan finansial, dan sumber daya lainnya.
Setelah Anda mengetahui seberapa besar potensi pasar yang dapat dijangkau oleh produk atau layanan dengan model bisnis Anda dan persaingan yang ada saat ini, Anda pun dapat memperhitungkan berapa persen potensi market share yang dapat diraih dalam periode tertentu. Di sinilah hadir istilah SOM – Serviceable Obtainable Market.
SOM – Serviceable Obtainable Market
SOM atau market share menggambarkan bagian dari SAM yang realistik dicapai oleh produk atau layanan dengan model bisnis Anda saat ini. Dengan kata lain, SOM menggambarkan berapa persen peluang market share yang bisa Anda dapatkan dalam periode tertentu di tengah persaingan bisnis saat ini.
Saat menentukan berapa persen peluang market share yang bisa Anda dapatkan, pertimbangkan beberapa faktor, seperti kapasitas produksi, tingkat persaingan, segmen pasar yang dapat diraih dengan strategi marketing dan distribusi Anda, dan sebagainya.
Untuk memahami perbedaan TAM, SAM, dan SOM, mari lihat contoh berikut.
Misalkan, bisnis Anda menjual produk kacang-kacangan premium dengan fokus penjualan secara daring (online) dan menargetkan pasar di Indonesia. Beberapa jenis kacang yang Anda jual, diantaranya almond, kacang tanah, walnuts, hazelnuts, macadamia, cashew, dan pistachio. Anda menjual, baik kacang mentah maupun yang sudah diolah menjadi camilan.
Untuk mengetahui kelayakan bisnis tersebut, Anda pun melakukan penelitian pasar (market research). Berdasarkan laporan Statista.com, Anda mendapatkan bahwa pendapatan dari segmen kacang-kacangan untuk industri makanan mencapai nilai US$ 1,753 juta di tahun 2021 untuk pasar Indonesia, dengan perkiraan pertumbuhan sekitar 4.14% per tahun, hingga tahun 2026.
Oleh karena Anda merencanakan akan fokus pada produk kacang-kacangan selama 5 tahun ke depan, yaitu hingga tahun 2026, maka melalui data tersebut, Anda pun dapat melihat market size atau TAM dari bisnis Anda. TAM di tahun 2021 sekitar US$ 1,753 juta (atau setara dengan 26.3 triliun rupiah) dan bisa mencapai market size sekitar 27.4 triliun rupiah pada tahun 2026.
Karena strategi marketing Anda akan difokuskan melalui penjualan daring (online), maka Anda perlu mencari tahu berapa kira-kira nilai pendapatan dari penjualan produk kacang-kacangan secara daring.
Dari riset Anda di beberapa marketplace daring, Anda menemukan rata-rata penjualan dari segmen kacang-kacangan mencapai nilai 105 miliar rupiah di tahun 2021. Nilai tersebut mewakili sekitar 0.4% dari keseluruhan market size produk kacang-kacangan di Indonesia. Dengan demikian nilai potential market atau SAM untuk bisnis Anda berada di kisaran 105 miliar rupiah di 2021.
Berdasarkan penilaian kapasitas produksi yang Anda miliki, rencana strategi marketing, serta analisis kompetitor yang dilakukan, Anda memperkirakan akan mampu meraih 5% market share dalam 12 bulan ke depan. Dengan demikian SOM untuk bisnis Anda akan berada di kisaran 5.2 miliar rupiah.
#2- Buat Segmentasi Target Audiens
Pada bagian ini, Anda akan fokus mengelompokkan target audiens pada SOM bisnis Anda menjadi beberapa segmen.
Dari contoh sebelumnya, Anda menargetkan akan memperoleh pendapatan di kisaran 5.2 miliar dalam 12 bulan ke depan. Bila diasumsikan dalam 12 bulan ke depan, setiap pelanggan rata-rata melakukan 5 kali transaksi dengan nilai Rp 100,000 per transaksi, maka Anda harus mendapatkan minimal 10.400 pelanggan atau sekitar 867 pelanggan baru per bulannya.
Dari beberapa uji coba strategi marketing online yang dilakukan, Anda menemukan tingkat konversi berada di kisaran 10%. Bila demikian, Anda perlu menerapkan strategi marketing untuk menjangkau minimal 8,000 – 10,000 target audiens setiap bulannya. Karena itu, Anda pun perlu menyiapkan strategi konten yang tepat untuk menjangkau target audiens tersebut.
Untuk memudahkan penyusunan strategi konten yang menjangkau karakteristik audiens yang berbeda, Anda dapat melakukan pengelompokkan audiens terlebih dahulu menggunakan salah satu atau lebih model segmentasi target audiens berikut:
- Segmentasi geografi, mengelompokkan audiens berdasarkan kesamaan lokasi mereka, misalnya negara, region, provinsi, kabupaten, dsb.
- Segmentasi demografi, mengelompokkan audiens berdasarkan kesamaan jenis kelamin, rentang usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jenis Pekerjaan, rata-rata pendapatan bulanan, agama, dan latar belakang suku atau budaya.
- Segmentasi perilaku, mengelompokkan audiens berdasarkan bagaimana mereka berinteraksi dengan bisnis Anda, misalnya apa yang mereka biasa beli, seberapa sering mereka membeli, apa yang mereka cari saat mengunjungi situs Anda. Proses segmentasi ini baru mungkin dilakukan setelah Anda memiliki cukup data dari strategi marketing yang dilakukan.
- Segmentasi psikografis, mengelompokkan audiens berdasarkan tipe kepribadian, gaya hidup, minat, dan nilai-nilai yang mereka anut.
Sebagai contoh, jika Anda ingin menjangkau 10.000 target audiens setiap bulannya dan hanya melakukan segmentasi dengan membagi target audiense berdasarkan jenis kelamin (segmentasi demografi), Anda masih akan mendapatkan gambaran audiens yang terlalu luas.
Namun demikian, jika Anda mulai menambahkan variabel segmentasi lainnya, Anda dapat membuat segmen audiens yang lebih relevan.
Misalkan, dari proses segmentasi yang dilakukan untuk menjangkau pelanggan produk kacang-kacangan premium, Anda mendapatkan salah satu segmen yang akan menjadi fokus kampanye marketing. Segmen audiens tersebut memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
- Segmen perempuan (demografi)
- Berada di beberapa kota besar di Indonesia (geografis)
- Suka menghabiskan uang untuk produk camilan, makanan sehat, atau makanan premium (psikografis),
- Mengikuti Anda di media sosial atau telah mengunjungi situs web Anda di masa lalu (perilaku).
Dengan memiliki gambaran karakteristik target audiens yang lebih rinci, Anda pun akan lebih mudah menyusun strategi konten yang memenuhi kebutuhan setiap segmennya.
#3-Buat Profil Segmen atau Buyer Persona
Setelah mengelompokkan target audiens menjadi beberapa segmen dengan karakteristiknya masing-masing, kini saatnya membuat profil segmen, disebut juga dengan buyer persona.
Buyer persona menggambarkan deskripsi detail dari setiap segmen target audiens, yang ditampilkan melalui karakter fiksional dengan cara sedemikian sehingga seolah-olah Anda sedang berbicara tentang seseorang secara spesifik.
Karena itu, saat menyusun buyer persona, Anda pun dapat menggunakan Avatar untuk memberikan gambaran profil persona dan menyematkan nama pada persona tersebut untuk mewakili segmen tertentu dari target audiens Anda.
Deskripsikan persona serinci mungkin. Jelaskan kebutuhan, perilaku, demografi, preferensi brand, perilaku belanja, dan karakteristik lainnya.
Profil yang rinci akan memberi Anda pemahaman yang baik tentang audiens di setiap segmen sehingga Anda pun dapat membandingkan segmen untuk menentukan strategi yang tepat, baik strategi marketing, sales, bahkan layanan dukungan pelanggan (customer support).
Pro Tips: memberi nama persona: beri nama yang menarik dan mudah diingat. Contoh: Shinta, Si Traveler.
Cara Membuat Buyer Persona
Untuk mendapatkan gambaran buyer persona serinci mungkin, beberapa cara yang dapat Anda lakukan, diantaranya:
- Melakukan wawancara atau survei ke pelanggan atau pelanggan potensial Anda.
- Chat dengan teman Anda dan tanyakan apa yang menjadi kebutuhan, masalah/tantangan mereka, dan apa yang memotivasi mereka mengambil keputusan memilih solusi tertentu.
- Melihat gambaran follower akun media sosial Anda dan pesaing.
- Melihat data historis penjualan Anda dan/atau data historis pengunjung situs, profil media sosial Anda, dan laporan kampanye iklan. Google Analytics bisa menjadi salah satu tempat Anda mendapatkan informasi seperti ini.
- Apabila Anda menjual produk yang bisa ditemukan di marketplace online, Anda juga dapat menggunakan marketplace tersebut untuk mendapatkan gambaran profil buyer persona Anda.
- Melibatkan ragam tim dalam organisasi Anda saat menyusun buyer persona, akan membantu mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang karakteristik persona yang selama ini dilayani oleh tim Anda.
- Jika Anda tidak memiliki kesempatan untuk melakukan riset langsung, termasuk berbicara dengan orang-orang tertentu, Anda tetap dapat menggunakan kerangka penentuan buyer persona ini untuk merefleksikan tentang siapa yang akan Anda jangkau untuk menawarkan produk/jasa Anda.
Anda dapat mulai membangun buyer persona dengan menayakan empat pertanyaan berikut, yaitu:
- Siapa mereka? Bagaimana gambaran geografi, demografi, perilaku, psikografi, dan minat mereka?
- Apa yang mereka butuhkan?
- Masalah atau tantangan apa yang mereka sedang coba atasi?
- Apa yang memotivasi mereka memilih suatu solusi tertentu untuk menyelesaikan masalah mereka?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun buyer persona:
- Meskipun karakter yang digunakan dalam menyusun buyer persona adalah fiksi, susunlah karakteristik karakter tersebut berdasarkan fakta dan harus didasarkan pada riset kualitatif dan kuantitatif.
- Anda tidak harus (dan tidak akan) memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan. Selesaikan apa yang Anda bisa berdasarkan data riset, kemudian gunakan prediksi terbaik Anda untuk mengisi celah kosong data yang belum ada.
- Melalui ragam uji coba strategi marketing yang dilakukan dan berdasarkan umpan balik dari tim sales, Anda dapat memperbaharui asumsi buyer persona yang telah dibuat tersebut.
- Selalu ingat bahwa buyer persona ini adalah dokumen hidup yang akan terus Anda perbaharui seiring waktu.
- Tempatkan diri Anda pada posisi persona. Ingat, Anda sedang mendefinisikan persona dari perspektif mereka – bukan perspektif Anda!
Ingatlah, bahwa karakteristik persona menentukan perbedaan strategi marketing dan sales, bahkan strategi layanan dukungan pelanggan atau customer support.
Gambar berikut memberikan contoh sebuah persona yang mewakili salah satu segmen target audiens untuk produk kacang-kacangan premium.
Kedua – Targeting
Proses targeting adalah proses menentukan segmen target audiens yang mana yang akan menjadi fokus kampanye marketing Anda.
Caranya, dengan mengevaluasi segmen-segmen buyer persona yang telah Anda buat. Anda perlu menilai potensi setiap segmen buyer persona tersebut terhadap konversi bisnis yang diharapkan. Tentunya segmen yang memiliki potensi konversi penjualan tertinggi yang perlu menjadi prioritas utama dalam kampanye marketing Anda.
Untuk menentukan segmen mana yang ideal memberikan konversi per setiap rencana kampanye marketing, Anda dapat menerapkan beberapa indikator berikut untuk membandingkan setiap segmennya:
- Ukuran segmen: pertimbangkan seberapa besar segmen tersebut dan kemungkinan pertumbuhannya.
- Profitabilitas: pertimbangkan segmen yang mana yang kira-kira bersedia mengeluarkan uang mereka untuk produk atau layanan yang Anda tawarkan.
- Keterjangkauan: pertimbangkan seberapa mudah atau sulitnya Anda akan menjangkau setiap segmen melalui usaha marketing yang Anda jalankan. Pertimbangkan biaya akuisisi pelanggan, disebut juga dengan customer acquisition costs (CACs) untuk setiap segmen. Semakin tinggi CAC berarti semakin rendah profitabilitas.
Segmen audiens Anda yang ideal adalah segmen yang cukup luas dan terus bertumbuh, serta dapat dijangkau oleh strategi marketing Anda. Selain itu, tentunya Anda juga perlu memilih segmen audiens yang selaras dengan strategi bisnis Anda.
Tentunya tidak masuk akal untuk memfokuskan strategi marketing menjangkau segmen pecinta makanan sehat di Malaysia bila Anda tidak menawarkan gratis pengiriman ke Malaysia.
Ketiga – Positioning
Tahap terakhir dari STP marketing adalah positioning, yaitu bagaimana strategi kampanye marketing mampu menunjukkan keunggulan kompetitif produk atau layanan yang Anda tawarkan dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pesaing atau yang sudah ada di pasar.
Ada enam contoh pendekatan positioning yang dapat membantu menemukan keunggulan kompetitif Anda, yaitu:
- Category-based positioning: menunjukkan bagaimana produk atau layanan Anda lebih baik dari solusi yang saat ini sudah ada di pasar. Contohnya, saat 99% produk camilan kacang-kacangan yang ada di pasaran mengandung MSG dan/atau gula, Anda hadir menawarkan produk yang bebas MSG dan gula tanpa mengurangi gurihnya rasa. Produk lebih sehat dan tetap enak.
- Consumer-based positioning: menyelaraskan penawaran produk atau layanan Anda dengan parameter tingkah laku target audiens Anda. Sebagai contoh, dari pembuatan buyer persona, Anda mendapati bahwa traveler yang juga senang melakukan kegiatan yoga, cenderung menyukai makanan, termasuk camilan yang lebih sehat. Anda pun dapat membuat konten yang relevan dengan tingkah laku audiens tersebut.
- Competitor-based positioning: menunjukkan bagaimana produk atau layanan Anda lebih baik dari yang ditawarkan oleh pesaing. Pendekatan ini cukup banyak digunakan oleh para penyedia aplikasi berbasis model software as a service (SAAS) dengan cara menunjukkan studi kasus bagaimana klien mereka menemukan kendala saat menggunakan aplikasi lama. Kendala tersebut kemudian dapat diatasi saat menggunakan aplikasi yang mereka tawarkan.
- Benefit-based positioning: menunjukkan manfaat yang akan diperoleh target audiens bila menggunakan produk atau layanan yang Anda tawarkan. Contohnya, Anda membuat iklan kampanye yang menunjukkan manfaat kesehatan yang dapat diperoleh oleh target audiens apabila mengonsumsi produk kacang-kacangan.
- Price-based positioning: menunjukkan perbedaan nilai atas harga produk atau layanan Anda dengan yang ditawarkan oleh pesaing. Pendekatan ini juga cocok digunakan sekalipun harga yang Anda tawarkan lebih mahal dari harga yang ditawarkan oleh pesaing. Sepanjang Anda mampu menunjukkan nilai lebih yang bisa Anda tawarkan atas perbedaan harga tersebut, target audiens yang fokus pada nilai produk atau layanan pun akan tertarik dengan penawaran Anda.
- Prestige–based positioning: menunjukkan bagaimana status target audiens meningkat saat menggunakan produk atau layanan yang Anda tawarkan. Sebagai contoh, mereka yang menggunakan produk-produk dari brand Hermès, secara status dikategorikan sebagai kalangan ekonomi atas.
Pilih Strategi Marketing Anda
Untuk hasil optimal, Anda dapat menggunakan lebih dari satu pendekatan positioning untuk menyampaikan pesan yang relevan dengan gambaran ideal audiens Anda.
Untuk itu, Anda perlu menentukan strategi marketing atau bauran pemasaran yang akan mendukung bagaimana Anda memposisikan produk atau layanan Anda dan mampu menjangkau target audiens yang telah Anda pilih.
Strategi marketing tersebut menggunakan semua alat pemasaran dalam perusahaan yang dikenal dengan konsep marketing mix 7P, yaitu product, price, promotion, place, people, process, dan physical evidence:
- Product (Produk), mempertimbangkan faktor-faktor seperti variasi, kualitas, desain, merek, fitur, kemasan, layanan, ketersediaan, dan kenyamanan.
- Price (Harga), mempertimbangkan faktor-faktor seperti strategi penentuan harga, daftar harga pesaing, perkiraan harga yang mampu diserap target audiens, promo diskon, metode pembayaran, periode pembayaran, persyaratan kredit, dan sebagainya.
- Place (Tempat), mempertimbangkan faktor-faktor seperti saluran pemasaran dan penjualan, cakupan layanan, lokasi penjualan, dan logistik.
- Promotion (Promosi), mencakup periklanan, public relation (Humas), media sosial, konten bersponsor, influencer marketing, content marketing, penempatan produk, dan promosi penjualan.
- People (Orang), mempertimbangkan faktor-faktor seperti keahlian karyawan dalam memberikan layanan di industri jasa, sikap dan motivasi karyawan saat melayani pelanggan, penampilan fisik karyawan yang mungkin diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan tertentu, dan sebagainya.
- Process (Proses), mencakup bagaimana cara perusahaan melayani permintaan pelanggan, mulai dari saat mereka melakukan pemesanan (order) hingga saat mereka mendapatkan pesanan tersebut.
- Physical Evidence (Tampilan Fisik), terkait penataan tempat bisnis Anda untuk bisa menarik pengunjung. Misalnya, bagaimana penataan lampu ruangan dibuat semenarik mungkin di toko pakaian Anda. Contoh lainnya, bagaimana desain toko daring (online) Anda dibuat semenarik mungkin sehingga pengunjung pun akan betah berlama-lama di toko online Anda.
Kesimpulan
Dengan menggunakan model STP Marketing, Anda dapat mendeskripsikan target audiens, membuat buyer persona, serta mengelompokkan mereka dalam beberapa segmen. Model ini pun membantu Anda menentukan segmen mana saja yang kemungkinan akan memberikan konversi bisnis yang paling tinggi.
Segmen tersebutlah yang selanjutnya bisa menjadi fokus kampanye marketing Anda, baik dalam pembuatan konten maupun penentuan saluran marketing dan sales yang relevan dengan karakteristik setiap segmen.
Apakah Anda sudah siap mengimplementasikan STP Marketing untuk menentukan target audiens dan buyer persona bisnis Anda? Bagikan di kolum komentar atau hubungi kami melalui chat untuk berkonsultasi gratis strategi online marketing yang cocok untuk bisnis Anda.