Salah satu pertanyaan umum dari banyak pemilik bisnis, “Apakah perbedaan brand dan merek?”
Tak heran bila pertanyaan tersebut muncul, karena memang masih banyak pebisnis, dan juga pelanggan, yang menyamakan istilah brand dan merek dan saling menukar penggunaan istilahnya.
Padahal kedua istilah tersebut berbeda dalam banyak hal.
Apa Saja Perbedaan Brand dan Merek?
Mengetahui perbedaan brand dan marek akan memudahkan Anda dalam menyusun rencana strategi marketing dan sales, baik digital marketing maupun traditional marketing, yang lebih relevan dengan target audiens Anda. Lalu apa saja perbedaannya? Berikut 4 faktanya!
Table of Contents
#Fakta -1: Perbedaan Definisi antara Brand dan Merek
Apa itu Merek?
Menurut KBBI daring, merek diartikan sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dan sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal; cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya.
Sementara itu, menuut Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM R.I, disebutkan bahwa merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Apa itu Brand?
Bila mengacu pada definisi Oxford Dictionaries, istilah brand diartikan sebagai a type of product, service, etc. made or offered by a particular company under a particular name. Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai suatu jenis produk atau layanan (disebut juga sebagai “jasa”), dll., yang dibuat atau ditawarkan oleh suatu perusahaan atau organisasi tertentu dengan nama tertentu.
Bila mengacu pada pengertian di atas, memang istilah brand memiliki arti yang sama dengan istilah “merek” dalam Bahasa Indonesia, yaitu terkait penamaan yang disematkan pada suatu produk atau jasa.
Dalam perkembangannya, brand dalam Bahasa Inggris, tidak hanya mengacu pada penamaan suatu produk atau jasa.
The American Marketing Association (AMA) mendefinisikan brand sebagai sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasinya, untuk mengidentifikasi produk dan jasa dari seorang atau sekelompok penyedia dan untuk membedakannya dari penyedia lainnya.
Ingin meningkatkan kehadiran brand Anda di media sosial namun kesulitan mengelola beragam platform tersebut?
Kini hadir aplikasi Sociosight untuk menghemat waktu Anda mempublikasikan dan menjadwalkan postingan di beragam platform media sosial, semua dari satu tempat.
Gabung sekarang menjadi bagian dari pengguna beta untuk mendapatkan semua fitur secara gratis! Kesempatan Terbatas!
Daftar Gratis Sekarang
Definisi yang dicetuskan oleh AMA tersebut memberikan penekanan pada upaya Anda untuk menunjukkan kekuatan produk atau jasa Anda, yang membedakannya dengan yang ditawarkan oleh pesaing.
Menurut AMA, membangun brand bukanlah bertujuan untuk membuat target audiens memilih Anda dibandingkan pesaing. Melainkan, membuat target audiens melihat bahwa produk, jasa, atau Andalah sebagai satu-satunya penyedia solusi yang tepat untuk menjawab masalah yang mereka sedang hadapi.
Selaras dengan pengertian yang dicetuskan AMA, Investopedia menyebutkan bahwa brand adalah suatu konsep bisnis dan marketing untuk membantu target audiens mengidentifikasikan suatu perusahaan, produk, jasa, atau individu tertentu.
Jadi, saat suatu bisnis membangun brand, bukan hanya sekadar memberi nama pada suatu barang atau jasa.
Lebih dari itu, membangun brand berarti sedang membangun konsep atau strategi marketing untuk memunculkan citra (image) tertentu atas suatu produk, jasa, organisasi, atau individu tertentu, yang membedakannya dengan citra yang dibangun oleh penyedia lainnya dalam industri yang sama.
Kesuksesan Anda dalam membangun suatu brand dinilai dari seberapa dalam citra (image) dari suatu produk, jasa, atau individu tersemat pada pikiran target audiens.
Kesimpulan pengertian merek dan brand
Dari pemaparan pengertian yang menunjukkan perbedaan brand dan merek di atas, dapat disimpulkan bahwa merek merupakan identitas (nama/tanda/simbol/logo/desain/istilah) yang disematkan pada suatu organisasi, produk, atau jasa. Sedangkan, brand, selain mencakup identitas, juga berkaitan dengan citra (image) yang dibangun dari suatu merek.
Contoh Kasus, Menunjukkan Perbedaan Brand dan Merek
Apa yang terlintas di benak Anda saat melihat gambar yang dimiliki oleh McDonals di atas?
Apakah Anda melihatnya sebagai sebuah gambar logo berbentuk huruf “m” berwarna kuning, dengan latar berwarna merah?
Ataukah, saat melihat gambar tersebut, langsung terlintas di benak Anda, ayam goreng lezat yang menjadi makanan favorit banyak keluarga di Indonesia?
Apa yang membantu Anda membuat keputusan untuk masuk ke gerai McDonals tersebut? Apakah karena logonya ataukah karena reputasi McDonals sebagai penyedia ayam goreng lezat cepat saji?
Apabila Anda memutuskan masuk ke gerai McDonals karena yakin akan mendapat ayam goreng lezat dalam waktu singkat, itu berarti merek McDonals telah sukses membangun brand di benak target audiensnya.
#Fakta -2: Perbedaan Tipe Brand dan Merek
Perbedaan brand dan merek selanjutnya terkait dengan jenis atau tipenya. Tipe merek mengacu pada Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001.
Sementara itu, brand dibedakan lagi menjadi tipe brand berdasarkan entitas yang menggunakan dan tipe brand berdasarkan karakteristik atau fokus tujuan marketing yang dibangun melalui proses branding.
Tipe Merek
Dilansir dari dik.ipb.ac.id, ada 3 (tiga) jenis merek, sebagaimana disebutkan pada Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, yaitu:
Merek Dagang
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
Merek Jasa
Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Merek Kolektif
Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Tipe Brand Berdasarkan Entitas yang Menggunakan
Terdapat 6 (enam) tipe brand berdasarkan entitas yang menggunakan, diantaranya:
Corporate Brand
Corporate brand atau organization brand adalah nama yang melekat pada suatu organisasi.
Sementara itu, corporate branding adalah strategi organisasi untuk memasarkan dirinya dalam upaya meningkatkan reputasinya dibandingkan dengan pesaing.
Untuk mencapainya, organisasi mengoptimalkan semua aset yang dimiliki, termasuk diantaranya menciptakan dan mengomunikasikan logo, membangun visi dan misi organisasi, mengimplementasikan nilai-nilai organisasi dalam segala aspeknya, dan membangun sumber daya manusia di dalam organisasi tersebut.
Personal Brand
Pribadi individu dapat diasosiasikan juga sebagai sebuah brand.
Personal brand dapat terdiri dari satu individu, seperti Taylor Swift atau Bruno Mars. Atau, dapat juga terdiri dari beberapa individu yang bersepakat membentuk dan memiliki nama grup. Misalnya, grup musik BTS dan Blackpink dari Korea Selatan, juga adalah brand. Setiap brand grup ini terdiri dari individu-individu yang memiliki kepribadian berbeda yang dinyatakan melalui persona setiap anggota grupnya.
Sementara itu, personal branding adalah cara yang dilakukan untuk membangun citra (image) persona individu atau sekelompok individu melalui serangkaian alat marketing, misalnya media sosial, baliho, iklan di media digital, atau melakukan event temu penggemar atau pendukung.
Misalnya, brand @arielnoah di Instagram merepresentasikan pribadi seorang musisi Bernama Ariel dari group NOAH. Serangkaian strategi marketing yang dilakukannya, telah sukses mengantarkan Ariel memiliki 3.4 juta followers di Instagram.
Contoh lainnya, bagaimana para politikus berupaya membangun personal brand dengan cara memunculkan beragam jenis baliho yang menampilkan wajah dan slogan politik untuk menarik dukungan target audiens mereka.
Kehadiran media sosial, memang tidak dapat dipungkiri, berperan besar dalam membangun persona seseorang, yang mendukung dalam peningkatan popularitas orang tersebut.
Tak heran bila kini banyak orang mengejar menjadi influencer (orang berpengaruh) di media sosial.
Beragam strategi pun dilakukan, mulai dari menciptakan konten-konten unik, bahkan terkadang cukup kontroversial, hingga melakukan iklan untuk mempromosikan konten-konten tersebut.
Karena memang, saat Anda semakin populer di media sosial, peluang karir pun semakin terbuka.
Salah satunya, dengan melakukan endorse produk/jasa yang ditawarkan oleh suatu brand organisasi. Cara lainnya, dengan mendapatkan penghasilan melalui sistem bagi hasil dengan platform media sosial, seperti yang dilakukan oleh YouTube melalui program Google AdSense.
Product Brand
Jenis branding ini melibatkan proses marketing untuk suatu produk tertentu. Proses membangun brand atau branding suatu produk akan membutuhkan riset pasar mendalam, termasuk dalam memilih target audiens yang tepat.
Sebagai contoh, karena kesuksesan serangkaian strategi marketing yang dilakukan, brand “Indomie” menjadi brand mie instan terpopuler di Indonesia, bahkan kepopulerannya telah merambah ke dunia internasional.
Service Brand
Tipe brand seperti ini mulai berkembang karena beralihnya banyak organisasi yang tidak lagi berfokus pada produk manufaktur. Melainkan, pada produk yang tidak berwujud, yaitu memberikan layanan atau jasa solusi lengkap menjawab masalah yang dihadapi pelanggan.
Biasanya, service brand dituntut untuk mempertahankan konsistensi dalam menyampaikan layanan yang berkualitas. Beberapa industri yang termasuk dalam tipe brand ini, diantaranya industri penerbangan, hotel, sewa kendaraan, bank, pengembangan softwarer, agency, restaurant, dan sebagainya.
Destination Brand
Perkembangan industri pariwisata telah membuat pertumbuhan branding yang menyasar destinasi-destinasi pilihan.
Banyak tempat di dunia mulai melakukan beragam strategi marketing untuk meningkatkan popularitas tempat tersebut. Proses membangun destination brand dilakukan mulai dari negara, provinsi, kota, nama jalan, bahkan, nama bangunan.
Salah satu contohnya, dengan beragam strategi marketing yang dilakukan, telah menjadikan kota Ubud, Bali, sebagai salah satu destinasi wisata terfavorit di dunia. Ubud pun bukan hanya menjadi sebuah nama kota, tetapi juga sebagai sebuah brand yang bernilai tinggi.
Selain untuk keperluan pariwisata, proses membangun destination brand juga dilakukan untuk menarik investor berinvestasi dalam berbagai bidang. Misalnya, beberapa tempat di Pulau Kalimantan telah menarik minat banyak investor untuk mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi.
Event Brand
Pernahkah Anda mendengar atau menyaksikan acara atau event TED series atau Liga Italia Serie A? Kedua nama ini bukan lagi hanya merepresentasikan suatu acara, melainkan telah menjadi brand tersendiri. Beragam strategi marketing dilakukan oleh penyelenggara untuk menarik target audiens menyaksikan acara-acara tersebut.
Tipe Brand berdasarkan Karakteristik atau Fokus Tujuan Marketing
Denise Lee Yohn, seorang pakar branding, berpendapat, terdapat 9 (sembilan) tipe brand berdasarkan karakteristik atau fokus tujuan marketing, diantaranya:
- Disruptive Brand– merepresentasikan brand yang mampu menantang cara saat ini dalam melakukan sesuatu dan memperkenalkan konsep baru yang secara substantif mengubah pasar. Contohnya, bagaimana brand Gojek dan Grab telah mengubah industri transportasi di pasar Indonesia.
- Conscious Brand – merepresentasikan brand yang mampu membuat dampak sosial atau linkungan yang positif atau yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan banyak orang. Misalnya, nama World Wildlife Fund (WWF), bukan saja merepresentasikan sebuah organisasi tetapi menunjukkan jati diri sebagai brand yang bergerak dalam upaya pelestarian hutan belantara. Kata WWF identik dengan perlindungan satwa liar.
- Service Brand – merepresentasikan brand yang secara konsisten memberikan layanan dan dukungan pelanggan yang berkualitas tinggi. Tipe brand ini bukan saja dimaksudkan untuk organisasi yang memberikan layanan tidak berwujud atau jasa, tetapi juga untuk organisasi yang memberikan produk berupa barang. Bagaimana pun juga, kualitas dukungan pelanggan yang baik akan turut mempengaruhi kepopuleran brand suatu barang.
- Innovative Brand – merepresentasikan brand yang secara konsisten memperkenalkan produk dan teknologi canggih sebagai suatu terobosan. Saat ini, mungkin TESLA, SpaceX, atau Blue Origin, bisa dikatakan sebagai beberapa organisasi yang memiliki innovative brand.
- Value Brand –merepresentasikan brand yang fokus marketing-nya pada harga yang lebih murah. Sebagai contoh, Mr.DIY, brand retails dari Malaysia ini dikenal dengan slogannya selalu menghadirkan harga yang lebih rendah dari pesaing.
- Performance Brand –merepresentasikan brand yang secara konsisten menawarkan produk dengan kinerja dan keandalan yang tinggi. Contohnya, Amazon Web Services (AWS) dikenal sebagai salah satu penyedia server berbasis komputasi awan (cloud server) dengan tingkat kinerja yang sangat tinggi, 99.999% uptime.
- Luxury Brand – merepresentasikan brand yang menawarkan kualitas tinggi dan biasanya dibarengi dengan harga yang tinggi pula. Contohnya, saat menyebutkan brand Hermès, sudah terpatri di benak kita tentang kualitas produknya yang sangat tinggi, pun demikian dengan harganya.
- Style Brand – dibedakan melalui cara produk atau layanannya terlihat dan terasa oleh target audiens. Brand–brand fashion yang menonjol, seperti Louise Vuitton, selain dikenal dengan karakteristik sebagai luxury brand, juga dikenal sebagai style brand, yang selalui berinovasi menghadirkan style terkini.
- Experience Brand – merepresentasikan brand yang mampu memberikan pengalaman yang mengesankan bagi penggunanya. Misalnya Singapore Airlines dikenal sebagai salah satu maskapai yang fokus memberikan pengalaman terbang terbaik bagi para penumpangnya.
Beberapa karakteristik brand tersebut sebaiknya dimiliki oleh semua tipe entitas brand.
Namun demikian, untuk keperluan strategi marketing, tetap perlu memprioritaskan karakteristik brand seperti apa yang akan Anda tonjolkan dalam setiap kampanye marketing. Misalnya, apakah brand Anda ingin dikenal sebagai luxury brand atau justru value brand.
#Fakta -3: Perbedan Brand dan Merek pada Elemen Pembentuknya
Perbedaan brand dan merek selanjutnya adalah pada elemen-elemen pembentuknya.
Beberapa elemen pembentuk merek, diantaranya:
- Nama merek, yaitu bagian dari merek yang memiliki daya pembeda dalam wujud nama yang diucapkan. Sebagai contoh, Nike, Loius Vuiton, mengacu kepada nama merek sekaligus sebagai identitas brand.
- Tanda merek dagang atau trademark, yaitu merek atau sebagian dari merek yang mendapat perlindungan hukum. Misalnya, NIKE, Inc. (penyebutan sama dengan nama merek, tetapi ditulis dengan huruf kapital dan ditambah tulisan Inc. yang menyatakan perusahaan).
- Logo dalam bentuk gambar, huruf, dan/atau angka. Misalnya, logo McDonald, ditampilkan dalam bentuk gambar yang menyerupai huruf M, serta tulisan “McDonald” dengan bentuk huruf (font) tertentu.
- Warna untuk tampilan visual. Warna bisa diaplikasikan pada logo, nama merek, desain produk, desain kemasan, dan sebagainya.
Sementara itu, elemen-elemen penyusun brand, meliputi:
- Desain Visual: pengidentifikasi, yang memiliki pengertian yang sama dengan merek: nama, tanda, simbol, logo, desain, atau kombinasinya untuk memudahkan target audiens membedakan identitas produk atau jasa dengan yang ditawarkan oleh pesaing.
- Atribut: fitur-fitur produk atau jasa. Misalkan, brand Twitter terkenal karena fitur yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi opini atau berita. Sementara itu, brand Instagram dikenal karena fitur berbagi foto dan cerita (stories) berdasarkan penampilan visual.
- Manfaat: atribut yang diterjemahkan untuk menunjukkan manfaat emosional yang diperoleh target audiens bila menggunakan suatu brand. Misalkan, karena fitur berbagi opini/berita, pengguna brand Twitter mampu berkomunikasi secara real time dengan komunitas Twitter lainnya. Demikian pula, karena fitur berbagi foto dan cerita, pengguna Instagram dapat membangun pengaruh melalui gambar dan video yang mencolok.
- Nilai/Budaya: nilai-nilai dan prinsip operasional organisasi yang terpancar melalui brand-nya. Misalkan, brand Toyota menggambarkan budaya organisasinya yang mengedepankan kualitas dan efisiensi dalam segala hal. Produk-produk Toyota dikenal karena dapat bertahan lama, membutuhkan pemeliharaan yang minimal, dan irit dalam konsumsi bahan bakar.
- Personality: brand yang memiliki kepribadian atau personality kuat sering kali memproyeksikan tipe pelanggan yang membeli dan menggunakan suatu produk atau jasa. Misalkan, brand IBM menunjukkan kepribadian yang terpusat pada keahlian teknis dan pendidikan. Karena itu brand ini identik dengan pengguna yang memiliki keahlian dalam bidang teknologi komputer, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Contoh lainnya, kekuatan brand Hermès terletak pada kecintaannya terhadap keahlian dan kreativitas. Kepribadian ini mendorong brand Hermès menghindari produksi massal, jalur manufaktur, dan outsourcing. Setiap produknya harus mencerminkan kepribadian pengrajinnya yang memiliki kreativitas tinggi dan selalu mengejar kualitas melalui penyempurnaan produk. Tak heran, pengguna brand ini adalah mereka yang identik dengan pengejar kualitas dan kesempurnaan setiap detail produk, tidak peduli seberapa pun harga produk tersebut.
Elemen-elemen penyusun brand tersebut, kemuadian akan membentuk reputasi brand.
Reputasi brand mengacu pada segala sesuatu yang target audiens percayai, pikirkan, lihat, ketahui, rasakan, dengar, dan/atau alami tentang suatu produk, jasa, organisasi, atau individu.
Reputasi terbentuk berdasarkan pengalaman target audiens berinteraksi dengan produk, jasa, organisasi, atau individu di masa lalu dan apa yang mereka harapkan di masa depan.
#Fakta -4: Perbedaan Brand dan Merek dari segi Fungsinya
Berikut ini 3 (tiga) fungsi memiliki merek bisnis:
1.Membedakan produk atau jasa
Adanya merek memudahkan target audiens menemukan produk, jasa, organisasi, atau individu pemilik merek tersebut.
Merek, sekaligus menunjukkan identitas yang membedakan apa yang Anda tawarkan dengan yang ditawarkan oleh pesaing.
Karena itu, merek menjadi alat komersial yang efisien. Misalnya, logo, sebagai bagian dari merek, dapat mengomunikasikan visi, kualitas, atau karakteristik unik dari apa yang Anda tawarkan kepada target audiens.
2.Hak eksklusif untuk menggunakan merek yang telah didaftarkan
Bila ingin mendapatkan perlindungan hukum atas merek yang melekat pada barang dan/atau jasa yang Anda tawarkan, daftarkan merek tersebut pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-KemenjumHAM), melalui situs dgip.go.id.
Dilansir dair situs dgip.go.id, dengan mendaftarkan merek, Anda akan mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek yang bersangkutan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.
Dengan mendaftarkan merek, Anda pun akan mendapat perlindungan hukum dalam hal:
- Memilik alat bukti bahwa Anda berhak atas merek yang didaftarkan tersebut,
- Menjadi dasar penolakan terhadap merek yang memiliki kesamaan seluruh unsur atau sama pada pokoknya, yang dimohonkan pendaftarannya oleh orang lain untuk barang atau jasa sejenisnya, dan
- Menjadi dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang atau jasa sejenisnya.
3.Merek yang didaftarkan dapat dijual
Saat Anda mendaftarkan merek dan mendapat perlindungan hukum, Anda pun memiliki hak untuk menjualnya, mewaralabakan, atau mengontrakkan secara komersial.
Tentunya tinggi rendahnya harga jual merek tersebut bergantung pada tingkat popularitas brand bisnis yang Anda bangun.
Bila fungsi memiliki merek, terkait kepemilikan identitas, termasuk mendapat perlindungan hukum bila mendaftarkannya, serta hak untuk menjualnya kembali, fungsi membangun brand, dikenal dengan istilah branding, terkait dengan posisi bisnis Anda di target pasar.
Berikut 4 (empat) fungsi memiliki brand yang kuat di pasar:
1.Membantu mendapatkan kepercayaan dan pengakuan dari target audiens
Saat Anda diperhadapkan pada pilihan produk yang menawarkan fitur sama dan bahkan harga yang sama, brand mana yang akan Anda pilih?
Apakah Anda akan memilih brand yang sudah dikenal, setidaknya Anda pernah melihat atau mendengar tentang reputasi brand tersebut yang baik; ataukah memilih brand yang masih baru muncul di pasaran?
Sebagian besar orang, kemungkinan akan memilih brand yang sudah dikenal memiliki reputasi baik. Hanya dengan melihat warna, logo, atau slogan dari brand tersebut, perhatian pun sudah teralihkan dari brand-brand lain yang ada disekitarnya.
Itulah kekuatan sebuah brand!
Ketika Anda membangun kredibilitas brand secara konsisten, Anda sedang membangun kepercayaan target audiens terhadap brand Anda. Kuatnya kepercayaan target audiens tersebut akan membantu meningkatkan posisi brand Anda di pasar.
Brand Anda pun akan terlihat semakin menonjol di antara para pesaing dan akan semakin mendapat pengakuan dari target audiens, bahkan dari mereka yang belum pernah menjadi pelanggan sekalipun.
Setidaknya, mereka yang belum menjadi pelanggan pun akan dengan senang hati mengikuti akun media sosial brand Anda.
Menurut Hubspot, 89% pelanggan mengatakan bahwa mereka akan membeli dari brand yang mereka ikuti di media sosial.
Dengan demikian, posisi brand yang kuat di pasar, dapat dikatakan menjadi salah satu faktor penentu seorang pelanggan mengambil keputusan membeli dari brand tersebut.
2.Membantu meningkatkan loyalitas pelanggan
Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “saya hanya berbelanja di marketplace daring A saja untuk segala bentuk kebutuhan sehari-hari. Malas pindah ke tempat lain, toh harga dan barang sama. Saya sudah nyaman dengan marketplace ini, banyak promo, dapat poin belanja, gratis onkir, dan paling penting sangat tanggap terhadap keluhan pelanggan!”
Wah, bayangkan, kalau orang yang berkata tersebut sedang memperkatakan tentang brand Anda! Itulah salah satu bentuk loyalitas pelanggan.
Ketika pelanggan memiliki pengalaman yang baik dalam menggunakan produk atau jasa yang dibeli dari suatu brand, mereka akan terus kembali kepada brand tersebut.
Selain itu, pelanggan pun akan semakin tertarik untuk kembali kepada brand yang berbagi nilai dengan mereka.
Sebagai contoh, teh dari brand Dilmah, tidak saja terkenal karena kualitas produknya, tetapi juga nilai-nilai yang diusung oleh brand tersebut yang secara konsisten dikomunikasikan dengan pelanggan mereka di seluruh dunia.
Nilai tentang komitmen mereka dalam mendukung kelestarian lingkungan, dikembangkan melalui Lembaga Dilmah Conservation. Dan nilai tentang dukungan mereka bagi para pekerja perkebunanlah yang mendorong Dilmah untuk mengembalikan minimum 15% keuntungan sebelum pajak kepada para petani perkebunan, yang didistribusikan melalui MJF Foundation.
Nilai-nilai yang diusung Dilmah tersebut memberikan kebanggaan tersendiri bagi para pelanggannya. Mereka tahu, saat membeli teh Dilmah, tidak saja mereka membeli produk, tetapi juga berkontribusi Bagi lingkungan dan kemanusiaan.
Saat pelanggan merasakan pengalaman baik dalam mengunakan produk atau jasa dan turut terlibat mewujudkan nilai-nilai brand, mereka pun menjadi pelanggan yang loyal!
Saat pelanggan loyal terhadap suatu brand, dengan mudahnya mereka akan memperkatakan hal-hal positif tentang brand tersebut kepada lingkungan pergaulan mereka, termasuk di media sosial. Dan, Anda pun telah mendapatkan banyak brand ambassor dari para pelanggan yang loyal tersebut!
3.Memudahkan memperkenalkan produk atau jasa baru
Saat Anda telah memiliki brand yang kuat, biasanya akan lebih mudah memperkenalkan produk atau jasa baru. Jika Anda memiliki pelanggan yang loyal, mereka biasanya akan tertarik dengan produk atau jasa baru dan menantikan kapan akan diluncurkan.
Contohnya, para pelanggan loyal brand Apple iPhone selalu menantikan peluncuran produk-produk baru dari brand ini. Pun demikian, dengan brand pesaingnya, yaitu Samsung. Para pelanggan loyalnya pun sulit berpindah hati ke brand lain dan selalu menantikan kemunculan produk terbaru brand ini.
4.Memudahkan brand mendapatkan talent terbaik
Anda mungkin sering mendengar mereka yang baru lulus dari bangku pendidikan dan siap mencari kerja, mempunyai mimpi untuk bisa berkerja di brand-brand terkenal.
Ada kebanggaan tersendiri buat para lulusan tersebut apabila bekerja untuk brand terkenal. Bukan saja terkait remunerasi yang mungkin diperoleh, tetapi juga prestise pekerjaan.
Selain itu, bekerja untuk brand terkenal ternyata juga membantu meningkatkan profil curriculum vitae atau akun LinkedIn dari para lulusan tersebut, yang pada gilirannya dapat membuka banyak kesempatan karir baru di masa depan.
Tak heran bila persaingan untuk bisa bekerja pada brand-brand terkenal sangatlah ketat. Talent-talent dari berbagai lembaga pendidikan pun berlomba untuk bisa diterima kerja pada brand-brand tersebut.
Riset yang dilakukan LinkedIn, menunjukkan beberapa dampak positif bisnis yang memiliki brand yang kuat terhadap proses perekrutan dan retensi para talent. Beberapa dampaknya, yaitu:
- Brand yang kuat dikaitkan dengan penurunan 28% dalam tingkat pergantian karyawan (turnover).
- 50% pengusaha melaporkan mampu mendapatkan talent yang berkualitas.
- 72% pimpinan organisasi perekrutan melaporkan bahwa bisnis yang memiliki brand yang kuat memberikan dampak positif yang signifikan dalam proses perekrutan.
- 75% pencari kerja mempertimbangkan brand sebelum mereka melamar untuk suatu pekerjaan.
- 52% kandidat pencari kerja akan mengunjungi website perusahaan dan akun media sosial untuk belajar lebih lanjut tentang profil mereka sebagai pemberi pekerjaan.
Demikianlah, ketika suatu bisnis memiliki brand yang kuat, akan lebih mudah untuk bisnis tersebut mendapatkan talent terbaik, yang pada gilirannya menambah kekuatan kreatif mereka.
Pastikan Mengoptimalkan Strategi Branding
Kami berharap, setelah mengetahui perbedaan brand dan merek, Anda pun dapat mengoptimalkan strategi branding organisasi, produk, atau layanan yang Anda tawarkan.
Memang, membangun brand yang kuat bukanlah perkara mudah, yang bisa terjadi dalam satu malam! Namun, dengan semakin pentingnya branding untuk keberlangsungan suatu bisnis, Anda pun perlu menetapkan strategi branding yang tepat, disesuaikan dengan model bisnis dan target audiens Anda. Strategi branding yang tepat akan membantu mengoptimalkan strategi marketing dan sales Anda.
Apakah Anda sudah siap membangun brand yang kuat? Sampaikan pengalaman Anda di kolum komentar ya.